Skip to main content

Last Wekkend (Bag.1)



Aku, Hanyo, dan Pohon Sakura

Add caption
Sudah lewat tengah malam, dan aku masih terjaga. Jenis manusia macam apalah aku ini. Bahkan sudah beberapa butir obat tidur yang ku telan, tapi belum ada tanda-tanda bahwa aku akan segera tidur. Insomnia yang rasanya semakin parah saja. Sejak kapan ya? Sebelum ini rasanya baik-baik saja. Bahkan sebelum Isa datang, mataku rasanya terlalu berat untuk dibuka.
Apa yang aku pikirkan?
“Kita jelas-jelas tidak cocok,” kalimat yang masih tergurat rapi di ingatan. Aku tersenyum gila, sembari menatap kaca. Tidak cocok katanya?
“Lah, kenapa? kita sama-sama suka Harry Potter, melihat senja di pantai, melakukan sesuatu yang asik di luar, menulis puisi, dan ada beberapa buku yang...”
“Apa kamu tidak mengerti juga? kita tidak akan pernah cocok untuk lebih, menjadi sahabat adalah pilihan terbaik,” lanjutnya lagi, meninggalkan beberapa guratan wajah tanpa ekspresi lal meninggalkanku begitu saja bersama bias-bias magenta yang hampir menghilang. Aku bahkan sampai sulit membolak-balikkan kalimat apa yang harus dilontarkan untuk mencegahnya pergi.
Tapi kalimat yang barusan bukan sekali dua, berkali-kali dan kami bisa meredamnya. Tidak, tapi akulah sebenarnya yang meredam kalimat mengerikan itu. Kalimat yang ingin melepaskan, dan aku tidak tahu dimana ketidakcocokan kami. Kali ini, biarlah. Aku harus membiarkan orang yang benar-benar ingin ‘bebas’ (terkesan mengikat, apa begitukah aku?). Aku kembali menatap cermin, dan kali ini tertawa ringan, ada yang lucu dengan hidupku. Kenapa semua orang terbiasa untuk datang pergi? Apa ada tulisan ‘halte’ di keningku, sehingga banyak orang yang hanya singgah beberapa saat, lalu pergi begitu saja?
Lalu siapa yang seharusnya aku hubungi sekarang ini? laki-laki itu satu-satunya yang bisa ku percaya. Dan ketika dia mengatakan hal mengerikan, beberapa waktu yang lalu, rasanya aku seperti tidak punya apa-apa untuk berpegang. Itukah salah satu penyebab insomnia yang berlarut-larut hingga beberapa minggu ini?
Tidak, bukan hanya ini saja. Beberapa orang terdekat sepertinya juga mulai menjauh seiring perubahanku ini. Beberapa sahabat, bahkan mulai seenaknya memarahiku. Entah karena terlalu pendiam dan mulai tidak menyenangkan bagi mereka, entahlah. Aku tidak tahu. Bagaimana pula aku harus menjawab?
“Manusia itu makhluk egois bukan?” gumamku, menatap bayangan di cermin. Tubuh tambun dengan rambut kusut masai  menjadi pemandangan di depanku saat ini. Ada kantong mata yang tergurat hitam di sana. Sejak kapan itu muncul? Aih, sepertinya insomnia bahkan telah membuatku tidak peduli dengan diri sendiri.
Tubuh itu tertawa, tidak. Tapi aku. “Lalu apa yang kau tunggu. Bukankah kau sendirian? Lalu kenapa memutuskan untuk bertahan di sini. Sebaiknya kau ikut aku.”
Aku benar-benar terkejut. Kalimat terakhir bukan aku yang mengatakan. Itu murni, suara dari bayangan yang berada di cermin.
“Apa bayanganku sendiri yang..”
Bukan,  saat ini bayangan yang ada di cermin bukanlah milikku. Di sana sudah jelas laki-laki yang berdiri di sana. Aku tidak kenal dia. Lantas siapa? Aku menengok ke belakang. Tidak ada siapa pun yang sedang berdiri di depan cermin, selain aku. Kamar ku kosong dan semua orang seisi kamar, sudah tertidur pulas. Tiba-tiba bulu kudukku meremang.
“Siapa kau?

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Tips Khatam Al-Quran Saat Ramadhan Bagi Perempuan

Foto: Google Bulan suci Ramadhan menjadi momen terbaik bagi kaum muslimin di seluruh penjuru dunia untuk meningkatkan intensitas dan kualitas ibadah. Setiap orang berlomba-lomba berbuat kebaikan demi mengejar ridho dan pahala yang dilipatgandakan oleh Allah SWT. Pelbagai jenis ibadah dilakukan, salah satunya membaca Al-Quran. Membaca Al-Quran   menjadi salah satu ibadah favorit yang kerap dilakukan saat bulan Ramadhan. Selain sebagai sarana untuk mendekatkan diri dengan Allah, saat membaca satu huruf dalam Al-Quran maka akan dinilai dengan satu kebaikan pula dan dikalikan sepuluh. Dari Ibnu Mas’ud Radhiallahu ‘anhu bersabda: “Barang siapa yang membaca satu huruf di dalam kitab Allah (Al-Quran) maka baginya satu kebaikan dan satu kebaikan itu dilipatgandakan dengan sepuluh (pahala). Aku tidak mengataman Alif Laam Mim adalah satu huruf akan tetapi Alif satu huruf, Laam satu huruf dan Mim satu huruf. (HR. Tirmidzi) Karena itulah, banyak yang berkeinginan untuk meng

Sampah

Foto : Aisyah Nursyamsi Sampah Apa yang pertama kali terbayang olehmu jika kata ‘sampah’ keluar begitu saja dari mulut orang-orang? Ejekan? Celaan? Atau memang kata itu keluar karena ingin menunjukkan keberadaan sampah itu sendiri? Aku sendiri tidak punya masalah pribadi dengan ‘si sampah’ ini. Kita belum pernah terlibat dalam permasalahan dan aku belum pernah punya dendam padanya. Cuma ketika pergantian tugas di bulan April ini, semua pandangan itu berubah. Sampah kini telah tanda kontrak untuk berurusan denganku. Aih, tidak. Sebenarnya bukan se’diplomatis itu. Peralihan tugas dari penjaga media sosial kantor menuju lapangan telah mempertemukanku dengan ‘buangan’ manusia ini. “Aisyah, bulan ini kita akan bikin video tentang sampah di Indonesia. Tidak perlu dibuat bercerita. Akan dibantu produser untuk bikinkan storylinenya. Sekarang kamu riset, dimana sampah paling parah berada dan ambil beberapa visual soal sampah.” Sekadar informasi usang yang mungkin s