Prolog Kau pernah berpikir jika hidup ini tersusun seperti alur novel? Ada yang bilang padaku jika awalnya, kehidupan manusia memang begitulah adanya. Tuhan punya skenario, dan kita adalah pemain-pemain yang terpilih. Dahulu aku tidak pernah percaya akan hal ini. kehidupan macam apa itu? manusia yang sudah memilih untuk hidup. Jadi mereka sendiri yang berhak mengatur hidup mereka untuk menjadi seperti apa. Makanya aku sedikit malas jika mengikuti pembicaraan fikri. Tetangga baru yang tiba-tiba saja bersikap sok tahu tentang hidup orang lain. Terutama tentang hidupku. “ Kau tahu alur novel bukan? Ada yang maju, ada yang mundur,” ucap Fikri yang berusaha menyejajari langkahku, yang memang sengaja aku percepat. Aku benci orang ini. Tidak. Tunggu, sepertinya bukan hanya orang ini. Aku benci semua orang. “ Bisakah untuk tidak menggangguku barang sehari? Kau selalu bercerita tentang novel yang begini dan begitu. Jujur saja, itu memuakkan,” Andai aku tidak menahan diri,
Saya adalah Melayu Udik yang Berniat Jadi Abadi