Skip to main content

Posts

Showing posts from September, 2015
Prolog Kau pernah berpikir jika hidup ini tersusun seperti alur novel? Ada yang bilang padaku jika awalnya, kehidupan manusia memang begitulah adanya. Tuhan punya skenario, dan kita adalah pemain-pemain yang terpilih. Dahulu aku tidak pernah percaya akan hal ini. kehidupan macam apa itu? manusia yang sudah memilih untuk hidup. Jadi mereka sendiri yang berhak mengatur hidup mereka untuk menjadi seperti apa. Makanya aku sedikit malas jika mengikuti pembicaraan fikri. Tetangga baru yang tiba-tiba saja bersikap sok tahu tentang hidup orang lain. Terutama tentang hidupku. “ Kau tahu alur novel bukan? Ada yang maju, ada yang mundur,” ucap Fikri yang berusaha menyejajari langkahku, yang memang sengaja aku percepat. Aku benci orang ini. Tidak. Tunggu, sepertinya bukan hanya orang ini. Aku benci semua orang. “ Bisakah untuk tidak menggangguku barang sehari? Kau selalu bercerita tentang novel yang begini dan begitu. Jujur saja, itu memuakkan,” Andai aku tidak menahan diri,
Cobalah Untuk Melihat Senja   Berkali-kali. Gadis berambut ikal itu tiada henti-hentinya menatap layar televisi dengan ekspresi wajah campur aduk.   Sepertinya dia lupa, kalau ada aku di sebelahnya. Sudahlah, abaikan saja. Cania memang selalu begitu kalau sudah melihat film-film bergenre romantisme. Aku yang punya deadline ini, malah dinomor dua kan, ketimbang film ‘mengharu biru’ miliknya itu.             Entahlah bagaimana dunia ini menilai, tapi aku akan memberikan poin biasa saja jika disuruh menilai film yang begituan. Apa? Mana ada dalam kehidupan nyata hal yang seperti itu. Seseorang bertemu,saling jatuh cinta, sedikit bumbu-bumbu memuakkan, lalu mereka pacaran.             Seharusnya seorang manejer harus memarahi aktornya, jika telat menyetorkan deadline yang sudah dijanjikan beberapa minggu yang lalu. Tapi lihatlah? pemandangan apa yang aku lihat sekarang ini? Gadis cabi itu hanya mengibas-ngibaskan tangan, menungguku bersabar karena filmnya baru akan menap