Prolog
Kau pernah
berpikir jika hidup ini tersusun seperti alur novel? Ada yang bilang padaku
jika awalnya, kehidupan manusia memang begitulah adanya. Tuhan punya skenario,
dan kita adalah pemain-pemain yang terpilih. Dahulu aku tidak pernah percaya
akan hal ini. kehidupan macam apa itu? manusia yang sudah memilih untuk hidup.
Jadi mereka sendiri yang berhak mengatur hidup mereka untuk menjadi seperti
apa.
Makanya aku
sedikit malas jika mengikuti pembicaraan fikri. Tetangga baru yang tiba-tiba
saja bersikap sok tahu tentang hidup orang lain. Terutama tentang hidupku.
“ Kau tahu alur
novel bukan? Ada yang maju, ada yang mundur,” ucap Fikri yang berusaha
menyejajari langkahku, yang memang sengaja aku percepat. Aku benci orang ini.
Tidak. Tunggu, sepertinya bukan hanya orang ini. Aku benci semua orang.
“ Bisakah untuk
tidak menggangguku barang sehari? Kau selalu bercerita tentang novel yang
begini dan begitu. Jujur saja, itu memuakkan,” Andai aku tidak menahan diri,
mungkin sudah ku pungut batubata di depan rumah Pak Rahman yang baru kami
lewati sebentar ini. Manusia macam apa yang selalu menunggu setiap momen agar
bisa menyamai waktu pulang kerjaku, kalau bukan dia.
“Tidak, tidak,
aku tidak mengganggumu”, jawabnya tenang. “Hanya berusaha membantu”, lanjutnya
lagi.
Tiba-tiba
langkahku terhenti, berusaha mencerna kata ‘bantuan’ yang orang aneh ini
lemparkan kepadaku. Apa yang telah terjadi sampai ia ingin memberikan bantuan,?
“Aku tidak butuh bantuan,” ucapku, beberapa saat kemudian.
“Yakin? Mungkin
setidaknya kau butuh bantuanku untuk bisa membuatmu tersenyum barang sekali?”
katanya lagi, dan kali ini dia sudah berdiri di depanku sambil tersenyum lebar.
Manis sekali. Dan entah siapa yang telah bersekongkol dengan hari Senin,
tiba-tiba angin langkisau menghantam wajahku dengan lembut, menyibak beberapa
helai rambutku hingga terurai. Sebagian dedaunan pohon Mahoni yang telah
menguning,lepas dari tampuknya, lalu bertebaran ke jalanan yang sepi. Satu dua,
bahkan ada yang hinggap hingga ke atas bahu. Lalu aku jatuh Cinta, sore itu.
Comments
Post a Comment