Sumber Foto: nadjebb.wordpress.com |
Kecewanya seorang ayah mungkin lebih
seperti gong raksasa yang dipukulkan di dekat kaca.
Bergetar, lalu berderai karena kuatnya.
Maka bukan ingin meninggikan diri dari
seorang Ayah yang tak hanya sekedar jadi pahlawan separuh jalan.
Ayah bagiku adalah dua tingkat di bawah
Tuhan.
Memang masih bisa berdiri, tapi kau tak
tak seimbang? Lebih tepat dipanggil goyah kalau begitu.
Rasanya memang sendirilah yang pas untuk
dipadukan dengan waktu yang terasa kosong.
Dan kau tak akan bisa memaksa orang lain
untuk mengerti, jikalau paksaan itu berbayar, maka akan banyak wajah-wajah
palsu yang muncul lalu mengaaku.
Siksaan benar, ketika seseorang banyak
mengetahui hal-hal yang seharusnya tersembunyi. Maka tak ada yang menenangkan
selain malam.
Ketimbang harus berembun di pagi hari
yang begitu lelah.
Keringat lebih dibutuhkan ketika siang
menjelang.
Bukankah segala aktivitas lebih
didengungkan ketika siang?
Maka kecewalah pada diri sendiri ketika
banyak orang yang menyerah, termasuk ayah.
Untuk apa menyuarakan kebahagian,
membangung batang terendam di balik kawan yang berlumpur hitam sekalian, jika
hanya gumaman gerah dari Sang Pengalir harapan.
Siapa yang peduli jika ada nurani yang
mencicit sedih?
Zaman adalah bualan, semakin kesini,
curahan hanya akan menjadi sekedar ledekan.
Apa yang bisa dilakukan ketika seorang
ayah mengungkapkan kata ‘kecewa’?
Tak sepenuhnya kebenaran adalah
kebenaran itu sendiri.
Atau jangan-jangan kesalahan, adalah
kebenaran yang sudah tertutupi karena pembenaran dijadikan sebagai kesalahan.
Sulit
Ketika perasa harus terlibat dalam
situasi seremonial.
Jiwa-jiwa yang lebih memilih untuk
bernostalgia dari pada membenci situasi yang pelik.
Mereka cepat lupa dengan masalah yang
sering memburu.
Sering menjadi korban dari perasaan
cemburu.
Lalu dengan naif akan mengiyakan sembari
berkata ‘maafkan saya’.
Ayah sudah terlalu menyimpan rasa
kecewa, dan masih saja ada sifat yang belum terenyahkan.
Ayah sudah kecewa, teman.
Dari anak gadismu, yang sepertinya merindukan menjadi Aisyah kecil di zamannya.
Ciputat, 2 Maret 2016
Comments
Post a Comment