Satu
pertanyaan yang diutarakan malam tadi terkait apa-apa saja perubahan yang telah
terjadi setelah pergeseran antargenerasi. Singkatnya adalah anggota menjadi pengurus
dan kami yang dulunya masih berstatuskan bakal calon anggota (bacang). Terus
berjalan dalam tahap pendidikan sampai ke pengukuhan untuk menjadi calon
anggota.
Walaupun
begitu, pengukuhan adalah tantangan tersendirii. Banyak hal yang telah terjadi.
Dan menurut saya, kami sudah melangkah cukup jauh. Meskipun banyak yang
mengatakan bahwa perjalanan kami belum ada apa-apanya. Semua hal yang kami lalu
adalah baru gambaran kecil dari sesuatu hal yang besar, dan yang nanti akan
kami hadapi.
Tidak berhenti sampai di sana, naik tingkatan
setelah melewati proses masih berlanjut, ke tahap anggota. Memang tidak
sesederhana kedengarannya karena banyak hal yang dilewati demi proses yang
berawal dari dipaksa terpaksa dan terbiasa ini.
Apa
saja yang terjadi selama pendidikan berlangsung? Pertama sudah menjadi
kebiasaan bagi bacang untuk mengikuti Training
Pers Institut (TPI). Ada beberapa hal yang ditonjolkan dalam kegiatan ini,
selain dari dunia jurnalistik. Efektivitas waktu, yang dahulunya tak pernah
terpikirkan oleh kami malah harus menjadi prioritas selama kegiatan TPI. Entah
apa kaitannya antara disiplin waktu dengn kerasnya didikan saat itu, membuat
kami dipaksa untuk bisa mengikuti semua susunan acara. Salah seorang senior
yang cukup saya hormati pernah mengatakan kalimat yang cukup membekas.
Tidak
ada orang yang suka dimarahi, dihardik bahkan diperlakukan dengan perlakuan
yang kurang menyenangkan, tapi percayalah proses tidak pernah mengkhianati
hasil. Dipaksa, terpaksa, memang berat untuk dilaksanakan namun di sanalah
datangnya pembiasaan yang jika dilakukan dengan rutin akan berdampak pada hasil
yang luar biasa. Memang sampai sekarang belum terlihat jelas hasil yang luar
biasa itu.
Memanglah
tidak dapat dibandingkan betapa super
kegiatan yang sebelumnya pernah kita jalani ketika berstatuskan bacang dan
caang. Ribut dengan berita yang masih belum tertuntaskan hingga berebut waktu
di bawah tekanan yang cukup memeningkan kepala. Masalahnya tak semua orang
punya semangat yang sama ketika pertama kali masuk dalam area petualangan ini.
Entah baca dari buku apa, tapi ada dua hal yang dihasilkan dari pendidikan
monoton dengan tingkat disiplin tinggi.
Pertama
mereka yang belum punya semangat apa pun di awal akan terbakar semangat. Ini
bagus karena mereka bisa mengatur spirit untuk
tetap aktif berkegiatan. Namun berbeda dengan orang yang punya semangat awal
yang mengebu-ngebu namun perlahan padam karena selalu merasa punya sesuatu yang
tidak berguna dimasing-masing mereka. Takut mengambil tindakan karena takut
disalahkan atau kurang rasa optimis untuk berkegiatan lalu menganggap percuma
pada hasil, menjadi pengaruh kuat untuk
perilaku individu ke depannya.
Masih
ingat dengan kata pengorbanan? Di penghujung pendidikan Institut sempat ada
beberapa pertanyaan pula mengenai pengorbanan apa yang telah dilakukan. Jika bicara tentang pengorbanan, maka tidak ada apa-apa dengan apa
yang saya rasakan ketika berada dalam batang tubuh organisasi. Bahkan bisa
dibilang semua hal yang saya lakukan selama ini belum pantas dikatakan sebagai
pengorbanan. Karena memang semua yang kita lakukan belum ada apa-apanya.
Akan tetapi,
bukan berarti saya ingin menyerah begitu saja pada kekurangan yang saya miliki.
Bisa dibilang ini juga merupakan suatu motivasi bagi saya untuk menjadi lebih
baik lagi. Kali ini saya ingin berangkat bersama. Dahulunya saya berpandangan
bahwa Institut adalah wadahnya, guna mengembangkan kemampuan kepenulisan. Tapi
sekarang saya sudah menghapus pemikiran itu. Karena saya sekarang ini ingin
berjalan bersama-sama.
Selain
itu etos kerja juga dibutuhkan di dalam organisasi. Jujur selama berstatuskan
anggota secara pribadi memang kurang dirasakan adanya etos kerja yang baik.
Namun hal ini tidak menutup kemungkinan untuk tiap-tiap individu bisa berubah
berbalik menjadi pribadi yang baik dan memiliki semangat juang yang tinggi.
Tidak hanya dari faktor internal (Inside), bersikap respect dan tidak membangun sebuah dinding dinilai cukup berhasil.
Perbandingan
memang tidak bisa dilihat tanpa adanya konparasi langsung. Tentu tidak ada
orang yang ingin mengecewakan dan dikecewakan orang lain. Tapi tidak ada
salahnya menunggu dan menghargai proses. Banyak orang yang sulit untuk memahami
jika ada orang yang berusaha untuk menyesuaikan walaupun terlihat tidak pernah
melakukan apa-apa.
Comments
Post a Comment